Allah
mempertemukan dua orang karena sebuah alasan. Begitu pun dengan kalian? Itung,
Desi, Mba Fit, Mbul, Titik . Aku sayang
kalian semua : ) Entah sejak kapan ? Mungkin saat kita mulai sering bersama,
aku penganut paham “witing tresno jalaran
saka kulino”, hahaha.
Aku
aneh? Lebay? Cupuu? Haha, tapi aku kan baik hati yang penting (iya kan?). Inget
quote.nya Ema, “Kamu istimewa bagiku,
karena aku bisa melihatmu dan kamu bisa melihatku.” Sepertinya iya, karena
dari dulu kita kemana saja? Kayaknya ga pernah ada cerita bersama. Aku sibuk
dengan urusanku, kalian juga begitu, baru akhir-akhir ini cerita kita ada di
part yang sama. Kos Itung tempat semua tumpah di sana. Aku belajar banyak hal
dari kalian. Bagaimana kita boleh cari pelarian tapi harus tetap berjuang?
Konsekuen dengan apa yang kita lakukan. Sangat terbuka dan jujur dalam
pertemanan. Bahkan mencela dengan penuh keberanian. Mungkin itu bentuk sayang
dan perhatian.
Tapi
kalian tahu? Kebersamaan itu ternyata membuatku malah rapuh, aku jadi tak
terbiasa berjuang sendirian. Aku butuh
sandaran setiap kali merasa ketakutan. Maaf ya, aku merepotkan. Seperti
kemarin, saat kita mengukir cerita sendiri, ketika masuk ruangan dan saat
keluar mendapati tak ada siapa-siapa, apa yang ku pikirkan? Cari pegangan, Ema
tujuannya. Lalu Itung bilang ,”mesakne Ema neng kono mbok ganggoni pikirane.”
Terus harus bagaimana?
Mungkin
sekarang aku harus belajar jadi tangguh sendirian. Supaya kelak saat perpisahan
itu datang, aku siap dengan senyuman penuh keikhlasan. Temukan jalanmu sendiri,
aku pun akan coba begitu. “Kita memang
tak bisa mengulang kenangan, tapi bisa mengulang kebahagiannya.”-anonim.
Inget quote PPL dulu, “Pahitnya
perpisahan mengingatkan kita tentang manisnya kebersamaan.”
Aku
akan baik-baik saja, aku bahkan pernah mengalaminya, “perpisahan” dengan Ema,
Ela, Mba Um, Hana. Kata Ema, dia pun merasakan hal yang sama, seperti “sebatang
lidi dan bayi salmon”. Sebatang lidi itu rapuh dan bayi salmon itu melawan arus
untuk ketemu laut. Jadi kita rapuh untuk melawan arus ketika sendirian. Kata
Ema yang membuatnya kuat adalah selalu mengingat bahwa ada sebatang lidi yang
lain yang melawan arus juga seperti ikan salmon (aku, Ela,mb.Um, Misti).
Mungkin nasihat ini kelak akan aku rasakan juga sensasinya.
Tiga
orang lagi yang baru-baru ini aku temui, di KUMON Ngringo. Ratih, kak Nug, kak
Nindi. Pasti Allah juga punya alasan mempertemukanku dengan mereka. Ratih, dia
pribadi yang menyenangkan, bahkan dia tak segan-segan mengingatkan teman kalau
berbuat kesalahan, mungkin dia seperti kamu Ma, tapi lebih pemberani. Dia sudah
mengalami yang namanya berjuang untuk berubah menjadi lebih baik. Katanya,
untuk masa depan. Lalu aku? Aku merasa tetap sama begini saja, selama ini. Aku
mungkin harus mulai sadar mencari apa yang harus kuperbaiki. Entahlah, kadang
aku merasa sudah terlalu nyaman, dan enggan berubah lagi. Perubahan itu wajar,
seperti malam yang menggantikan siang, tapi perubahan ke arah lebih baik, kedengarannya
akan lebih baik lagi. :)
Kak
Nug dan Kak Nindi, sepasang suami istri ini mengingatkanku bahwa kita masih
punya hal untuk diperjuangkan. Kita cuma perlu memulainya, dan kemudian
menikmati prosesnya. Mereka selalu percaya bahwa ada balasan untuk setiap
perjuangan. Kok kita? Iya, aku dan kamu, iya kamu ! kamu tahu? pagi ini aku mau
bilang, “Aku cuma ingin mengingatkan temanku untuk menjemput mimpinya, dan
menemaninya dalam perjalanan!”#toleh ke samping.
Semangat
kita :D
“Salam lengkungan yang
meluruskan segalanya, yang biasa disebut senyum : )”-kata Chusna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar