Ini
dimulai saat aku dan Chusna bertemu lagi, setelah Chusna pulang “umroh”, ya
umroh.. Barokallah chus ^^ Seperti biasa, entah kita berdua punya
tingkat kekepo-an yang sama, atau memang
sama-sama pedulii, kita berbicara banyak hal.. mulai dari oleh-oleh umroh,
aktivitas sekarang, dan rencana ke depan.
Sepertinya
bagian ini, dimulai ketika aku menanyakan Chusna tentang formulir tes TOEFL
yang terbawa olehku, kemudian sampai pada rencana mau ikut tes TOEFL untuk S-2
atau ikut SM3T. Dia bingung. Dan ketika itu malah aku perparah bertanya, “Kenapa
sih pengen S2?” Dan saya lupa jawabannya gimana -_- pokoke kalau ga salah,
soalnya kalau ikut SM3T harus menunda nikah 2 tahun (bagian ini agak ganjil
tapi justru yang paling diingat), dan saya bertanya lagi, “Hla emang kamu udah
ada rencana mau nikah?”
Bukan
disitu pokok permasalahannya, tapi di sini, ketika Chusna bilang dia merasa ga
pintar mengajar (untuk jadi guru), dan aku berkeluh kesah tentang rasa yang
sama. Entah pikiran bijak ini berasal darimana, aku berpendapat makanya mau
cari pengalaman yang banyak untuk memantaskan diri, biar pantas jadi guru yang
baik. Menurutku, guru yang baik itu dibentuk karena pengalamannya yang banyak,
di lapangan, dan di dunia yang real, bukan cuma hafal teori yang ada di buku. Pada
bagian ini muncullah istilah memantaskan diri.
Kemudian
istilah ini berlanjut ketika sms-an dengan mba Umay, saat mba Um bercerita
terkadang merasa bosan dengan rutinitas yang sama (memang aku ga?bosen juga
kalee), mungkin butuh pembiasaan mbak jawabku, atau solusinya, selalu
instropeksi untuk memantaskan diri biar bisa jadi guru yang baik, misal share
dengan tentor yang udah pengalaman banyak, memperhatikan perkembangan anak, hal
itu adalah hal-hal baru yang menurutku bisa jadi obat kebosanan, karena pada
dasarnya, kalau kata kak Nindi (pembimbing KUMON Ngringo, istrine kak Nug)
bosan itu karena merasa ga tertantang. Muncul lagi kan istilah tadi, hehe..
Intinya
itu ya tentang memantaskan diri, kalau di sini memantaskan diri biar pantes
jadi guru gituu, mungkin beberapa catatan untuk diriku, perlu sekali kamu
memperhatikan karakter anak, ini lagi dipraktekin sama si Kembar, selalu
motivasi dan tak boleh menyalahkan anak, praktekin ke adek bontot, ambil ilmu
sebanyak-banyaknya dari KUMON (Kak Nin bikin aku selalu terinspirasi dengan
cerita pengalamannya, cara dia menangani anak, komunikasi dengan ortu, dan saat
sharing dengan supervisor) trus kata-katanya yang masih aku inget “Nek dipikir
gampang yo dadi gampang, nek dipikir angel yo dadi angel”. Hmm satu lagi, catat
semua pengalaman yang kamu alami, biar bisa jadi bahan cerita kalau kelas lagi
kosong, haha, inget pas di SMAGO anak-anak sering minta cerita, tapi aku pun
bingung mau cerita apa, hidupku lurus-lurus aja nak, jadi kayake ga ada yang menarik
untuk diceritakan,wkwkwk…
Terus,
ini OOT sepertinya, tapi cukup menjawab pertanyaan yang sering muncul di
kepala, “Kenapa harus sekolah? Kenapa harus bekerja?”
Dan
om Tere Liye menjawab dengan perumpamaan..
Kita mendaki gunung, agar kita bisa melihat dunia ini terbentang luas. Bukan sebaliknya, agar dunia melihat kita.Pun sama, kita sekolah, bekerja, berkuasa, tenar, memimpin, dsbgnya, itu semua agar kita bisa melihat dunia, memahami kehidupan. Bukan agar dunia melihat kita. Agar kita tidak sombong, angkuh, merasa lebih dsbgnya.
Setelah
baca quote ini, jadi berusaha berpikir positif, jadi tujuannya untuk melihat
dunia, memahami kehidupan, mungkin setelah lebih paham, akan jadi lebih baik
mengarunginya, amiin. Lalu tentang memantaskan diri? Sampai kapan? Entahlah, Dia
lah yang paling berhak menilai kepantasan makhluk-Nya bukan? Jangan memikirkan
yang bukan urusanmu.. Tugas kita cuma berusaha, hasilnya? Pasrahkan saja …
“…..Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu” (QS At-Talaq : 3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar