welcome


Rabu, 25 Februari 2015

Tentang Memantaskan Diri …


Ini dimulai saat aku dan Chusna bertemu lagi, setelah Chusna pulang “umroh”, ya umroh.. Barokallah chus ^^ Seperti biasa, entah kita berdua punya tingkat  kekepo-an yang sama, atau memang sama-sama pedulii, kita berbicara banyak hal.. mulai dari oleh-oleh umroh, aktivitas sekarang, dan rencana ke depan.

Sepertinya bagian ini, dimulai ketika aku menanyakan Chusna tentang formulir tes TOEFL yang terbawa olehku, kemudian sampai pada rencana mau ikut tes TOEFL untuk S-2 atau ikut SM3T. Dia bingung. Dan ketika itu malah aku perparah bertanya, “Kenapa sih pengen S2?” Dan saya lupa jawabannya gimana -_- pokoke kalau ga salah, soalnya kalau ikut SM3T harus menunda nikah 2 tahun (bagian ini agak ganjil tapi justru yang paling diingat), dan saya bertanya lagi, “Hla emang kamu udah ada rencana mau nikah?”

Bukan disitu pokok permasalahannya, tapi di sini, ketika Chusna bilang dia merasa ga pintar mengajar (untuk jadi guru), dan aku berkeluh kesah tentang rasa yang sama. Entah pikiran bijak ini berasal darimana, aku berpendapat makanya mau cari pengalaman yang banyak untuk memantaskan diri, biar pantas jadi guru yang baik. Menurutku, guru yang baik itu dibentuk karena pengalamannya yang banyak, di lapangan, dan di dunia yang real, bukan cuma hafal teori yang ada di buku. Pada bagian ini muncullah istilah memantaskan diri. 

Kemudian istilah ini berlanjut ketika sms-an dengan mba Umay, saat mba Um bercerita terkadang merasa bosan dengan rutinitas yang sama (memang aku ga?bosen juga kalee), mungkin butuh pembiasaan mbak jawabku, atau solusinya, selalu instropeksi untuk memantaskan diri biar bisa jadi guru yang baik, misal share dengan tentor yang udah pengalaman banyak, memperhatikan perkembangan anak, hal itu adalah hal-hal baru yang menurutku bisa jadi obat kebosanan, karena pada dasarnya, kalau kata kak Nindi (pembimbing KUMON Ngringo, istrine kak Nug) bosan itu karena merasa ga tertantang. Muncul lagi kan istilah tadi, hehe..

Intinya itu ya tentang memantaskan diri, kalau di sini memantaskan diri biar pantes jadi guru gituu, mungkin beberapa catatan untuk diriku, perlu sekali kamu memperhatikan karakter anak, ini lagi dipraktekin sama si Kembar, selalu motivasi dan tak boleh menyalahkan anak, praktekin ke adek bontot, ambil ilmu sebanyak-banyaknya dari KUMON (Kak Nin bikin aku selalu terinspirasi dengan cerita pengalamannya, cara dia menangani anak, komunikasi dengan ortu, dan saat sharing dengan supervisor) trus kata-katanya yang masih aku inget “Nek dipikir gampang yo dadi gampang, nek dipikir angel yo dadi angel”. Hmm satu lagi, catat semua pengalaman yang kamu alami, biar bisa jadi bahan cerita kalau kelas lagi kosong, haha, inget pas di SMAGO anak-anak sering minta cerita, tapi aku pun bingung mau cerita apa, hidupku lurus-lurus aja nak, jadi kayake ga ada yang menarik untuk diceritakan,wkwkwk…

Terus, ini OOT sepertinya, tapi cukup menjawab pertanyaan yang sering muncul di kepala, “Kenapa harus sekolah? Kenapa harus bekerja?”
Dan om Tere Liye menjawab dengan perumpamaan..
Kita mendaki gunung, agar kita bisa melihat dunia ini terbentang luas. Bukan sebaliknya, agar dunia melihat kita.
Pun sama, kita sekolah, bekerja, berkuasa, tenar, memimpin, dsbgnya, itu semua agar kita bisa melihat dunia, memahami kehidupan. Bukan agar dunia melihat kita. Agar kita tidak sombong, angkuh, merasa lebih dsbgnya.
Setelah baca quote ini, jadi berusaha berpikir positif, jadi tujuannya untuk melihat dunia, memahami kehidupan, mungkin setelah lebih paham, akan jadi lebih baik mengarunginya, amiin. Lalu tentang memantaskan diri? Sampai kapan? Entahlah, Dia lah yang paling berhak menilai kepantasan makhluk-Nya bukan? Jangan memikirkan yang bukan urusanmu.. Tugas kita cuma berusaha, hasilnya? Pasrahkan saja …
“…..Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu” (QS At-Talaq : 3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar