welcome


Senin, 08 Desember 2014

Bapak Bapak (edisi 1)


Bapak, sebutan buat Bapak itu -> idola para pedagang, tapi yang udah mbah-mbah. Alasannya sederhana, kalau ada mbah-mbah yang nawarin dagangan ke rumah, terus aku menolak, kebanyakan mereka selalu bilang, “Bapake biasane tumbas hle mba.” Apa iya ? Kok saya ga pernah liat ya mbah, batinku. Tapi untuk kasus tertentu, seperti mbah-mbah yang jual tape, kacang tanah, uwi, gethuk, hal itu berlaku. Ya Bapak, mungkin beliau punya sifat penyayang, perhatian, dan ga tegaan untuk kasus tertentu (dermawan, mungkin juga). Tadi malam saja, bapak baru saja bilang, “Idho ditiliki kono, karo digawak2ne panganan, mesakne..” “Hla, knopo mesakne pak?” “Hla, ditinggal wong tuwane nug yoo.”(baca : padhe hardi dan budhe hardi baru berangkat umroh 4 des 2014 kemarin) “Nah, tapi ga duwe maeman pak.” “Hla kw gawe jelly nug yo dike-kek.i kono” “Heem, dik titi mesti lagi neng kono kok Pak.” Benar saja, sesaat kemudian dik Titi pulang, Bapak tanya, “Idho piye?” “Bobok og.” “Nangis ora?”, aku ikut nyambung. “Ora, hla ngopo nangis?” “Yo, menawa kangen,”jawabku asal.

Ah, Bapak sepertinya terkadang Beliau terlalu berharap banyak padaku, aku senang, tapi kadang  juga takut mengecewakan. Akhir-akhir ini, aku memilih menghindar darinya, karena Beliau sepertinya mulai tak sabar menantikan kapan kabar bahagia itu diterimanya. Beliau sempat bertanya, siapa nama **s*nku, aku diam memilih menyembunyikannya, aku takut karena rasa khawatirnya yang mulai dalam, beliau akan mencampuri hal yang sebenarnya tak perlu lah dilakukan oleh seorang bapak untuk anaknya. Pak, terima kasih sudah mengkhawatirkanku :* Cukup doa dan kepercayaan, bentuk dukungan dari Bapak, biar aku yang akan menyelesaikan kewajibanku.
                Bapak, terima kasih untuk kelembutan hatimu menghadapi anakmu yang malah mulai nakal ini, semoga do’a-do’a Bapak diijabah oleh Allah, diampunkan segala dosa, diberi rizki yang berkah, dan ketenangan hati, kesehatan, dan keistiqomahan dalam kebaikan. Bapak yang selalu memberikan teladan untuk bisa tetap istiqomah dalam kebaikan, contoh kecilnya, beliau selalu punya target 1 juz tiap hari, meskipun terkadang harus dipaksakan ketika radangnya kambuh lagi. Bapak, dari beliau, saya juga belajar, untuk menjaga hubungan baik dengan setiap orang, “Duit isoh digolek, paseduluran durung mesti,” begitu pesannya, ketika  pembangunan rumah Mbah Sragen tak kunjung selesai.
                Oiya, Bapak juga yang memaksa aku menjadi harus berani menyetir, naek genteng, maen ke bengkel, bayar pajak sendiri, tapi untuk menemani beliau nonton bola malem-malem, saya melakukan dengan senang hati. Beliau juga yang mengenalkan saya sama om Lemper dan kak Kaka (haha, panggilan pemain favorit pas SMP SMA). Seingat saya, dulu tiap lagi nemenin nonton bola (seringnya dini hari, karena kalau malem masih banyak yang lainnya), pertanyaan yang terlontar adalah, “Pemain.e sing apik sopo Pak? Bagus mboten?” (wkwkwk). Tapi, sekarang, momen-momen itu ga bisa lagi, TVnya rusaak :(
Trus lagu buat Bapak sepanjang masa adalah Ayah,Yang Terbaik Bagimu – Ada Band feat Gita Gutawa. Kalau untuk saat ini, entah kenapa aku kalau inget bapak, pengennya lagu Pongki feat Baim yang judulnya, Seperti Yang Kauminta

begini liriknya…
Maaf kan aku tak bisa memahami
Maksud amarahmu
Membaca dan mengerti
Isi hatimu
Ampuni aku yang
Telah memasuki
Kehidupan kalian
Mencoba mencari celah
Dalam hatimu
* Aku tahu ku takkan bisa
Menjadi seperti yang
Engkau minta
Namun selama nafas
Berhembus
Aku âkan mencoba
Menjadi seperti yang kau minta
Ampuni aku yang telah
Memasuki kehidupan kalian
Mencoba mencari celah
Dalam hatimu

* Aku tahu dia yang bisa
Menjadi seperti
Yang engkau minta
Namun selama aku bernyawa
Akukan mencoba
Menjadi seperti yang kau minta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar