welcome


Selasa, 12 Juni 2012

Kenapa Aku ?

“Kenapa Aku?” Pertanyaan yang sering tiba-tiba muncul di dalam hatiku, mungkin ini sebuah pertanyaan yang mengindikasikan sebongkah kesombongan dan keegoisan yang sebenarnya terselubung di sana. Mungkin ini pertanyaan yang justru memberatkan langkahku menghadapi sesuatu. Mungkin ini pertanyaan yang justru menjerumuskan aku ke masalah baru karena aku tak mau menyelesaikan masalah yang lalu.
“Kenapa Aku?” pertanyaan ini selalu muncul saat aku lelah menghadapi sesuatu, saat aku muak dengan kesulitan yang menghimpitku, saat kurasakan semua kesenangan berlari menjauh dariku. Yah, mungkin sifat manusiawi manusia yang masih sulit aku hilangkan, selalu mencari alasan yang bisa dibenarkan untuk pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya justru akan membuat semuanya terasa lebih memberatkan. Pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya sangat tidak perlu untuk dilontarkan. Kenapa masalah itu harus aku yang mengalami? Kenapa bukan orang lain yang mengalaminya? Kenapa harus aku yang melakukannya? Kenapa bukan orang lain yang melakukannya? Kenapa aku harus memperdulikannya? Kenapa bukan orang lain yang peduli? Kenapa?
Aku seringkali membiarkan pertanyaan itu berlalu begitu saja, membiarkannya terus hidup dan berkembang, tapi ternyata dia tumbuh dengan cara yang tidak sehat. Pertanyaan inilah yang justru terkadang menjadi boomerang yang membahayakan bagi diriku sendiri. Dia memberikan suggesti yang buruk, perasaan yang diliputi keluh kesah dan pikiran yang negative ketika menghadapi sesuatu. Nah, inilah yang mungkin dapat dijadikan salah satu penyebab, bila hasil yang aku peroleh dengan perasaan buruk yang aku bangun ini, sangat tak sesuai dengan harapanku. Hasil yang aku dapatkan, dengan keluh kesah yang aku ciptakan, ternyata akan mengecewakan dan menyulitkanku. Inilah pengalaman buruk yang tanpa sadar sudah sangat sering aku alami karena kebodohanku sendiri.
Hari ini, ya hari ini, aku berusaha mencoba menjawab pertanyaan, “Kenapa Aku?” dengan sedikit lebih bijaksana. Entah semangat dan pikiran itu datang darimana, mungkin Allah sedang membimbingku, mungkin Dia sedang menuntunku. Aku berusaha menjawabnya dengan berkata di dalam hati, “Ya, karena aku yang membutuhkannya. Ya, karena orang lain tak memerlukannya. Ya, karena aku yang masih perlu belajar menghadapi semuanya. Ya, karena di jalan yang berbeda inilah, Allah memberikanku kesempatan untuk dekat dengan-Nya.”. Satu kalimat yang muncul dan mengganggu pikiranku, karena hanya mereka yang sakit lah yang membutuhkan obat, malah menjadi penyemangat untuk menghadapi semuanya dengan lapang dada.
Aku mencoba mengingat dan merenungkan pengalaman yang lalu, berusaha mencari pembenaran dari jawaban yang baru saja kubangun. Dan seingatku, memang aku yang membutuhkan peristiwa ini terjadi. Aku yang ternyata masih butuh banyak belajar dari kejadian yang ada. Aku mencoba menengok ke temanku, kenapa bukan dia yang mengalaminya? Ya, karena dia sudah pasti bisa menghadapinya. Ya, karena dia tak perlu kejadian ini untuk membuatnya semakin dewasa. Ya, karena dia bisa tanpa harus peristiwa ini menimpanya. Dan, ya, karena dia sudah jauh lebih baik dariku tanpa dia mengalami hal yang sama. Jleg! Sombong sekali ternyata selama ini, “Ngaca dong! Ngaca!” sepertinya suara itu mengiang-ngiang di sekitar kepalaku. Aku menghela nafas, dan mencoba menata pikiran dan hatiku, “Kenapa aku? Ya, karena aku yang membutuhkannya, bukan dia, atau mereka!”.
Seperti sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di bawah ini,
Sesungguhnya setiap amalan harus disertai dengan niat. Setiap orang hanya akan mendapatkan balasan tergantung pada niatnya. Barangsiapa yang hijrah karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena menginginkan perkara dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (hanya) mendapatkan apa yang dia inginkan.”
Niat memang memberikan efek yang dominan terhadap pekerjaan kita. Dan ya, hari ini aku mengalaminya. Sudah berkali-kali sebenarnya, tapi yang ini cukup berkesan karena pengalaman yang berhubungan dengan orang tak biasa di kampusku. Beberapa kali ketika aku melakukan pekerjaan ini, selalu ada saja masalah yang muncul dan menghadang, dan ya, sempat membuatku hampir menyerah untuk menyelesaikannya. Tapi kali ini, aku mengumpulkan puing-puing semangat itu dan berkata di dalam hati, ini mungkin kesempatan bagiku untuk belajar menyelesaikan sesuatu yang penuh liku. Hasilnya, taraa, Alhamdulillah, apa yang aku takutkan tidak terjadi, tetapi justru keahlian dan pengalaman baru aku dapatkan. Terimakasih ya Allah, terimakasih atas kejadian hari ini, terimakasih  atas jalan berbeda yang Kau siapkan untukku ini. Terimakasih atas obat yang Kau berikan dalam sakitku ini, terimakasih atas kesempatan yang telah Kau berikan kepadaku untuk memperbaiki diri. Alhamdulillah.
                                                                                                            Gedung Ungu, 12 Juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar