welcome


Senin, 01 Februari 2016

Pasar Malam dan Harga Kebahagiaan


Waktu itu malem Minggu, setelah sore harinya melewati sebuah lapangan yang ternyata ada pasar malam. Entah perasaan bahagia tiba-tiba muncul kemudian, sampai bikin update status. Hahaha, ini langka kan? Sebenarnya kalau pasar malam yang sering diadakan kayak di kampung sih, girangnya ga sampai begini, tapi yang bikin beda, ini ada mainannya :D 
Deket dari rumah pula, jadi ga perlu perjuangan yang gimana-gimana.


Sampai rumah, ceritalah sama adik-adik. Niat ke pasar malam pas itu masih setengah aja, trus yang bungsu ikutan heboh dan kepingin juga, sampai update status sama. Toss! Jadilah saya membulatkan tekad untuk ke pasar malam, sambil membujuk yang tengah agar ikutan. Kalau berdua doang, kurang seru gimana gituu..

Finally, we are here! Pasar Malem depan SMK BK Sumber.

Alhamdulillah, bahagia sederhana ya, cuma ke pasar malam doang, bisa bikin bahagia.
Alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat
artinya “Segala puji bagi Allah yg dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.”

Pas waktu ini, sebenarnya sempat kepikiran menjauhi tempat umum gara-gara habis ada kasus BOM SARINAH. Trus mikir, masak iya, jahat banget tuh teroris, sampe ngincer standar pasar malam juga. Kayaknya mereka masih punya jiwa kerakyatan semoga, aamiin. Dan seharusnya punya juga jiwa kemanusiaan, biar ga membunuh manusia-manusia yang ga merugikan mereka. Entahlah, ini kok jadi ngomongin teroris ? Fokus lagi…

Di pasar malam, banyak kebahagiaan yang bikin bahagia, ini salah satu kepercayaan yang dianut, kalau kebahagiaan itu menular! Liat ibu main sama anaknya, keluarga kecil menghabiskan waktu bersama, penjual yang laris dagangannya, pembeli yang bisa dapet barang dengan harga lebih murah, penjual jasa mainan yang diserbu anak-anak, masmas yang muterin ombak banyu yang bangga beratraksi, kakak yang seneng bisa ngejagain adiknya, hmm anak-anak yang berebutan antri tiket, anak-anak yang merengek minta kembang gula, banyak bahagia tercipta di sini. Pasar malam. Kebahagiaan itu sederhana, mungkin bagi kita yang bisa bahagia karena ke pasar malam ini. Yang lain belum tentu juga, ada yang harus ke luar negeri dulu baru bisa bahagia, ada yang harus beli tas mahal atau makan enak biar bahagia, dan segala macam kebahagiaan orang yang ternyata punya harga berbeda. Yah, setiap orang punya definisi masing-masing sepertinya.

Lanjut sore besoknya, tiba-tiba di luar rencana, ada yang menginfokan kajian bersama Umi Pipik, niat awalnya mau cari suplemen rohani, jadi ikutlah, sekalian berpetualang sendirian, habis belum ada yang ngajakin  berpetualang(?) Di sini pembahasannya tentang  Baiti Jannati, Rumahku Surgaku. Karena datangnya agak telat, cuma dapet sedikit ilmunya, tapi Alhamdulillah mengena di hati. Satu kalimat, lagi-lagi tentang B A H A G I A. 

Bukan karena pasangan, bukan karena anak, bukan karena harta, bukan karena kesuksesan, bukan juga karena ke pasar malam. Tapi ingat, karena Allah yang membahagiakan. Nah lho, definisi awal salah kan ternyata, bukan gara-gara ke pasar malamnya tiba-tiba bahagia, tapi karena Allah yang membahagiakan dengan cara main ke pasar malam. Bukan karena jadi istri, itu bisa bahagia, tapi karena Allah yang membahagiakan lewat jadi istri. Toh, buktinya ada yang jadi istri tapi masih ga bahagia? Ya kan? Ada  juga yang punya anak, tapi ga bahagia, malah repot atau susah karena anaknya? karena bukan anak yang membahagiakan, tapi karena Allah yang membahagiakan.

Inget percakapan ini sama temen, kamu udah dapat ijab sah, dia udah dapat ijazah, dan aku belum keduanya (emot mewek). Belum tentu, yang dapat ijazah dulu lebih bahagia, belum tentu juga yang sudah ijab sah bisa bahagia. Belum tentu Lak, karena bukan ijazah atau ijab sah yang membahagiakan.  
Tapi ingat, karena Allah yang membahagiakan.
 
Berarti slogan Jangan Lupa Bahagia perlu diperbarui menjadi,
Jangan lupa Allah, karena Dia yang membahagiakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar