Dia mendapati
tumpukan undangan-undangan yang
tersusun rapi di kamarnya..
Sebelum tangannya
sempat mengambil salah satunya, Rizqy menariknya,
“Kak, dipanggil
ibu!”
Laila pun
menurut pada adik
bungsunya itu, yang kemudian
mengajak ke ruang tamu.
Laila menemukan ibunya sedang
memperhatikan ke luar jendela.
Diikutinya arah tatapan beliau, dan kemudian ikut hanyut dalam
keheningan acara pengintaian itu.
“Nduk, itu pria
yang telah melamarmu?”
“HA!”
Teriakan
Laila membuat Ibu menoleh sambil
mengacungkan jari telunjuk ke depan bibirnya.
**Glek** Laila
menelan air di tenggorokannya, yang entah kenapa rasanya jadi aneh.
Dengan sekuat
tenaga dan konsentrasi, dia kembali memfokuskan perhatiannya kepada dua sosok
laki-laki di luar pagar yang tengah bercengkerama. Ayahnya, sedang bersama
seseorang yang asing tetapi terasa familiar baginya yang kini dalam posisi
membelakangi. Saat berbalik, wajah
pemuda itu terlihat jelas, entah kenapa dadanya tiba-tiba terasa sesak, yang
membuat Laila harus berpikir sejenak bagaimana caranya bernafas.
Ibu melangkahkan
kakinya meninggalkan ruang tamu, Laila dengan segera menyusulnya.
“Ayah sudah
menerimanya, nanti acara tanggal 10 November.”
Laila shock
kedua kalinya, tetapi kali ini, tanpa suara. Kepalanya mendadak berat,
jangan-jangan ini cuma mimpi, tapi semuanya terlihat nyata, bahkan undangan
yang tadi di kamar, dia sempat menyentuhnya. Perasaannya bingung tapi bercampur
bahagia.
Hari-hari selanjutnya, acara itu semakin nyata
dengan berbagai persiapan yang dilakukan di rumahnya. Dia sebenarnya masih
susah percaya dengan kejadian yang dialaminya, tetapi jika itu mimpi, dia belum
mau bangun untuk mengakhirinya.
****
3 November 2014
Laila terbangun,
dilihatnya sekeliling kamar, nihil, kejadian tadi cuma bunga tidur.
“Ya Allah,
terima kasih untuk mimpi indahnya, Alhamdulillah.” batinnya.
Kini dalam
kesadarannya, dia mulai berpikir itu tadi cuma mimpi biasa atau ada petunjuk
tersembunyi yang Allah sampaikan padanya.
“Mungkinkah
dia?”
Ah, jantungnya berdebar
kencang mengingat tiap kejadian yang tadi dialaminya. Bagaimana bisa tiba-tiba
ada dia dalam mimpinya. Kenal saja tidak, kalau sekedar tahu memang iya.
Bertemu, juga sambil lalu. Itu juga untuk yang pertama dan terakhir kalinya.
Ah, sudahlah.
Laila mencoba berhenti memikirkan tafsiran mimpinya. Dia membuka salah satu
sosmed miliknya, ada status penulis favoritnya,
Jadilah seseorang yang: "Aku
akan tetap menunggu. Tidak peduli kau datang atau tidak." untuk seseorang
yang: "Aku akan pasti datang. Tidak peduli kau tetap di sini atau pun
tidak."
Meski hingga detik ini kita tidak
tahu siapa seseorang tersebut. Meski kita terlampau malu dengan harapan2.
Teruslah memperbaiki diri, besok lusa kita akan paham hakikat nasehat ini.
-
Darwis Tereliye
Pas
kena hatinya. Semoga dia bisa. Dia harus terus berusaha meyakini bahwa Allah
pasti lebih tahu yang baik untuk dirinya. Dia melanjutkan membaca, kali ini
status Alifia menarik perhatiannya “Semua akan nikah pada waktunya” membuat Laila mengukir
senyum manis di wajahnya.
***
Muhammad
Fatih Mustaqiem
Pria
ini yang secara tiba-tiba tampil menjadi actor di mimpi Laila. Seminggu lalu,
dia meminta bantuan kakaknya yang kenal langsung dengan gadis itu, untuk
menyampaikan niat mulianya, cita untuk separuh agama. Tetapi amanah belum bisa
tersampaikan, karena menurut sang kakak ipar, saat ini Laila sedang sibuk
mempersiapkan sidang tesisnya.
“Bisakah
kau bersabar sebentar?” Aulia membujuk adik iparnya.
“Bukankah niat
baik jangan ditunda Kak? ” Fatih membela dengan menatap Mas Rosyid sambil
tersenyum.
“Baiklah, akan
aku coba.” Akhirnya Rosyid menuruti kemauan adiknya.
Malam itu,
sasarannya muncul, dia langsung menyapa..
< Assalamu’alaykum La, apa kabar ?>
<Wa’alaykumsalam
wr.wb, baik mas, kamu gimana?>
<Baik,
Alhamdulillah. Gimana hafalannya?>
<Alhamdulillah,
ya beginilah, hhe.. Mba Aul baik juga kan?>
<Iya, ini ada
di sebelahku, dapat salam kamu darinya>
<Wa’alaykumsalam
wr.wb, bilangin juga Laila kangen cerita-cerita.>
<Iya, kamu
katanya lagi riweh, jadi dia ga mau ganggu, eh ini malah muncul di fb>
<Haha, cari
angin mas, suntuk,, >
<Cari angin
di jendela, kok malah di sini, hihi..
La, Mas Rosyid mau tanya, serius ya.>
<Hla, kok
jadi horror gini mas, Iya, gimana? >
<Ada yang mau
ta’aruf sama kamu, ini profilnya..
(Mas Rosyid mengirimkan link untuk menuju ke
profil fb seseorang)>
<Oh,yaa>
<Gimana
usahanya? Lancar kan? Mas denger lagi bikin-bikin pudding>
<Iya mas,
doanya saja, hehe. Baru nyoba-nyoba resep dari mba Aul, eh banyak yang suka>
<Alhamdulillah,
resep istriku juara yaa>
<Haha, Mas
Rosyid jadi besar kepalaa, huu kan resepnya Mba Aul>
Off
Hmm, mas Rosyid
tiba-tiba meninggalkan obrolannya.
“Mungkin keputus
internet di sana,” batin Laila.
Kemudian
iseng-iseng dibukanya link yang tadi diberikan mas Rosyid. Sekilas dia membaca
namanya, melihat beranda dan fotonya. Ini pria yang beberapa minggu lalu
menjadi tamu asing di masjid deket rumahnya, yang dia tahu, adik mas Rosyid itu
bekerja di Surabaya. Dan sosok inilah yang kemarin lusa tiba-tiba muncul di
mimpinya.
***
"Sesungguhnya
wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang
keji adalah untuk wanita-wanita yg keji (pula), dan wanita-wanita yang baik
adalah untuk laki-laki yg baik dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang
dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang
mulia (Syurga)."
(QS.
An-Nur [24]:26)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar