welcome


Senin, 03 November 2014

10 November


Dia  mendapati  tumpukan  undangan-undangan  yang  tersusun  rapi  di kamarnya..
Sebelum  tangannya  sempat  mengambil  salah satunya, Rizqy menariknya,
“Kak, dipanggil ibu!”
Laila pun menurut  pada  adik  bungsunya  itu, yang  kemudian  mengajak  ke   ruang tamu.  Laila menemukan  ibunya  sedang  memperhatikan ke  luar   jendela.  Diikutinya arah tatapan beliau, dan kemudian ikut hanyut dalam keheningan acara pengintaian itu.

“Nduk, itu pria yang telah melamarmu?”
“HA!”
Teriakan Laila  membuat Ibu menoleh sambil mengacungkan jari telunjuk ke depan bibirnya.
**Glek** Laila menelan air di tenggorokannya, yang entah kenapa rasanya jadi aneh.
Dengan sekuat tenaga dan konsentrasi, dia kembali memfokuskan perhatiannya kepada dua sosok laki-laki di luar pagar yang tengah bercengkerama. Ayahnya, sedang bersama seseorang yang asing tetapi terasa familiar baginya yang kini dalam posisi membelakangi.  Saat berbalik, wajah pemuda itu terlihat jelas, entah kenapa dadanya tiba-tiba terasa sesak, yang membuat Laila harus berpikir sejenak bagaimana caranya bernafas.
Ibu melangkahkan kakinya meninggalkan ruang tamu, Laila dengan segera menyusulnya.
“Ayah sudah menerimanya, nanti acara tanggal 10 November.”
Laila shock kedua kalinya, tetapi kali ini, tanpa suara. Kepalanya mendadak berat, jangan-jangan ini cuma mimpi, tapi semuanya terlihat nyata, bahkan undangan yang tadi di kamar, dia sempat menyentuhnya. Perasaannya bingung tapi bercampur bahagia.
 Hari-hari selanjutnya, acara itu semakin nyata dengan berbagai persiapan yang dilakukan di rumahnya. Dia sebenarnya masih susah percaya dengan kejadian yang dialaminya, tetapi jika itu mimpi, dia belum mau bangun untuk mengakhirinya.
                                                            ****
3 November 2014
Laila terbangun, dilihatnya sekeliling kamar, nihil, kejadian tadi cuma bunga tidur.
“Ya Allah, terima kasih untuk mimpi indahnya, Alhamdulillah.” batinnya.
Kini dalam kesadarannya, dia mulai berpikir itu tadi cuma mimpi biasa atau ada petunjuk tersembunyi yang Allah sampaikan padanya.
“Mungkinkah dia?”
Ah, jantungnya berdebar kencang mengingat tiap kejadian yang tadi dialaminya. Bagaimana bisa tiba-tiba ada dia dalam mimpinya. Kenal saja tidak, kalau sekedar tahu memang iya. Bertemu, juga sambil lalu. Itu juga untuk yang pertama dan terakhir kalinya.
Ah, sudahlah. Laila mencoba berhenti memikirkan tafsiran mimpinya. Dia membuka salah satu sosmed miliknya, ada status penulis favoritnya,
Jadilah seseorang yang: "Aku akan tetap menunggu. Tidak peduli kau datang atau tidak." untuk seseorang yang: "Aku akan pasti datang. Tidak peduli kau tetap di sini atau pun tidak."
Meski hingga detik ini kita tidak tahu siapa seseorang tersebut. Meski kita terlampau malu dengan harapan2. Teruslah memperbaiki diri, besok lusa kita akan paham hakikat nasehat ini.
-          Darwis Tereliye
Pas kena hatinya. Semoga dia bisa. Dia harus terus berusaha meyakini bahwa Allah pasti lebih tahu yang baik untuk dirinya. Dia melanjutkan membaca, kali ini status Alifia menarik perhatiannya “Semua akan nikah pada waktunyamembuat Laila mengukir senyum manis di wajahnya.
                                                                                ***
Muhammad Fatih Mustaqiem
Pria ini yang secara tiba-tiba tampil menjadi actor di mimpi Laila. Seminggu lalu, dia meminta bantuan kakaknya yang kenal langsung dengan gadis itu, untuk menyampaikan niat mulianya, cita untuk separuh agama. Tetapi amanah belum bisa tersampaikan, karena menurut sang kakak ipar, saat ini Laila sedang sibuk mempersiapkan sidang tesisnya.
“Bisakah kau bersabar sebentar?” Aulia membujuk adik iparnya.
“Bukankah niat baik jangan ditunda Kak? ” Fatih membela dengan menatap Mas Rosyid sambil tersenyum.
“Baiklah, akan aku coba.” Akhirnya Rosyid menuruti kemauan adiknya.
Malam itu, sasarannya muncul, dia langsung menyapa..
 < Assalamu’alaykum La, apa kabar ?>
<Wa’alaykumsalam wr.wb, baik mas, kamu gimana?>
<Baik, Alhamdulillah. Gimana hafalannya?>
<Alhamdulillah, ya beginilah, hhe.. Mba Aul baik juga kan?>
<Iya, ini ada di sebelahku, dapat salam kamu darinya>
<Wa’alaykumsalam wr.wb, bilangin juga Laila kangen cerita-cerita.>
<Iya, kamu katanya lagi riweh, jadi dia ga mau ganggu, eh ini malah muncul di fb>
<Haha, cari angin mas, suntuk,, >
<Cari angin di jendela, kok malah di sini, hihi..
  La, Mas Rosyid mau tanya, serius ya.>
<Hla, kok jadi horror gini mas, Iya, gimana? >
<Ada yang mau ta’aruf sama kamu, ini profilnya..
 (Mas Rosyid mengirimkan link untuk menuju ke profil fb seseorang)>
<Oh,yaa>
<Gimana usahanya? Lancar kan? Mas denger lagi bikin-bikin pudding>
<Iya mas, doanya saja, hehe. Baru nyoba-nyoba resep dari mba Aul, eh banyak yang suka>
<Alhamdulillah, resep istriku juara yaa>
<Haha, Mas Rosyid jadi besar kepalaa, huu kan resepnya Mba Aul>
Off
Hmm, mas Rosyid tiba-tiba meninggalkan obrolannya.
“Mungkin keputus internet di sana,” batin Laila.
Kemudian iseng-iseng dibukanya link yang tadi diberikan mas Rosyid. Sekilas dia membaca namanya, melihat beranda dan fotonya. Ini pria yang beberapa minggu lalu menjadi tamu asing di masjid deket rumahnya, yang dia tahu, adik mas Rosyid itu bekerja di Surabaya. Dan sosok inilah yang kemarin lusa tiba-tiba muncul di mimpinya.

***
"Sesungguhnya wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yg keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yg baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (Syurga)." 
(QS. An-Nur [24]:26)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar