welcome


Kamis, 04 September 2014

Menjaga Hati


Rifka membaca salah satu komen-komen temen fb nya yang muncul di beranda
Uli : wah mba Desi cie cie..
Desi : hehe apa to Uli,, cie cie
Komen yang lain yang entah kenapa bisa terpampang di berandanya pun demikian...
Yuliana : he Desi, dapet orang mana Des?
Desi : “Semarang aja kok mba, hehe.”
Yuliana : “Semoga lancar yaa.. ^^”
Desi : “Doanya aja mba,makasih ya.”
Insting kepo Rifka mulai berbunyi, bip bip, perlahan tapi pasti, jari-jarinya mulai menelusuri akun milik “yang dicurigai”, yakni Desi yang tak lain adalah kakak kelasnya dulu saat SMA. Setelah membaca dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, Desi menemukan bahwa kakak kelasnya itu akan menikah, Barokallah ya mba Desi. Tapii.. ternyata bukan dengan pasangannya waktu SMA dulu, yakni Mas Yongki. Entah gimana perasaan si Masnya itu yaa,,


Hmm, mungkin banyak kasus seperti itu, tapi yang sedikit menyita perhatian Rifka adalah dulu, mba Desi termasuk salah satu anggota rohis di sekolahnya. Sebenarnya Rifka sendiri juga tidak tahu, apakah keduanya pacaran beneran, atau mungkin emang cuma mas Yongki aja yang bertepuk sebelah tangan, yah, sudahlah, semoga yang terbaik untuk keduanya, amiin. Rifka kemudian bertanya-tanya dan berandai-andai, andai mas Yongki datang ke acaranya tadi, trus kira-kira gimana ya perasaan mba Desi? Atau mungkin mba Desi kayake ga ngundang mas Yongki kali ya? Hmm, kira-kira mba Desi nanti cerita-cerita ga ya sama suaminya kalau dulu dia pernah deket sama mas Yongki? Ah, ketakutan muncul di hatinya, “Ya Allah, jagalah hatiku, aku ga mau suatu saat nanti ketika aku sudah menjadi istri, ada bagian lain yang menyimpan kenangan orang lain, yang bukan suamiku. Ya Allah, semoga Engkau mengampuniku atas segala kesalahanku.”
****
Di sudut kamar yang berbeda,
Tya dan Rea sedang mengobrol tentang temen-temen kuliahnya dulu,
“Eh, kamu tahu ga kabarnya si Reno udah putus sama si Nike.” Rea mulai membuka obrolan yang mengarah ke menggosip sebenarnya.
Tya menjawab, “Iya i, geg aku liat di akun twitternya, si Reno malah udah ada yang baru, yaampun, kasian ya Nike, itu temenku SMP hloo. Geg pacarane dari SMP.”
“Iya, itu kayaknya pacar Reno yang baru temen kuliahnya deh,hahha kamu tu diam-diam kepo bingittz.”
“Hmm, tapi aku ga bisa bayangin i perasaane Nike piye yaa?”
“Hlah yo wes, duduk jodohe og.”
“Tapi dari kicauannya di twitter, dia kayake down bangeet.. Tapi tetep strong ding.”
Rea mengangkat bahu, kemudian meneguk minumannya.
“Eh piye ya ben kita tau siapa jodoh kita?”Tya tiba-tiba nyeletuk sambil menggigit cemilan di depannya.
“Hahaha, nganggo radar.” Rea tertawa.
“Tenanan hlo, itu pertanyaan yang penting jane, tapi jawabane aku yo ga mudeng ding.”
“Wes rasah dipikir banget-banget...” Rea kemudian membereskan bukunya, dan bersiap untuk pamitan.
“Ya udah yaa, aku pulang dulu, makasih, boleh ngrusuhi di sini, hehe.”
“Iya, ati-ati, aku ga usah keluar ya, males ii, ada pak tukang. Bisa sendiri to? Pintu gerbang ga dikunci kok.”
Rea mengangguk kemudian cipika cipiki dengan Tya
“Assalamu’alaykum!” pamitnya kemudian.
“W’alaykumsalam.”
Sepeninggal Rea, Tya kembali menatap laptopnya. Perlahan, dia mengetikkan huruf per huruf membentuk nama seseorang yang pernah singgah sebentar di hatinya, entah mulai kapan, dan sampai kapan.
Alfatih Ilham Kusuma
Selang beberapa detik, akun facebook milik nama itu, terpampang di layar laptopnya.
Fatih, teman kuliah di Universitas Sriwijaya yang mengambil jurusan yang sama dengannya. Waktu itu, masih teringat jelas di benak Tya, sebelum Fatih memutuskan kembali ke kota asalnya Yogya, dia meminta waktu untuk jalan-jalan dengan Tya dan Ayla, sahabatnya. Dalam sms itu, Fatih mengajak Tya jalan-jalan ke sebuah mall di kota Palembang. Namun, dengan sopan Tya menolak, dengan alasan dia ga mau jadi obat nyamuk, apalagi syaitan untuk Ayla dan Fatih. Dan sebenarnya Tya juga mulai menyadari bahwa sahabatnya itu, mulai memendam perasaan untuk Fatih, jadi dia merasa ga enak untuk mengganggu kebersamaan keduanya.
Setelah acara itu, malamnya Ayla malah maen ke kamar kosnya kemudian dia bercerita tentang “kencannya” tadi dengan Fatih.
“Ah, elo ga ikut sih!”
“Gue ga mau jadi obat nyamuk.”
“Halah, ga akan yo, rezeki gratis, tadi gue ditraktir Fatih nonton sama makan tau!”
“Hehe, seneng dong lo! Bisa iritt..”
“Tapi Ty, ada yang mau gue critain deh..”
“Apa? Dari tadi elo kan juga udah cerita, gimana sih.”
Ayla mulai bangun dari tempat tidur, kemudian membetulkan duduknya, raut wajahnya tampak serius. Tya mendekatinya dan duduk di sebelahnya,
“Kenapa sih?”
“Hmm, elo tau gue suka sama Fatih?”
Tya mengangguk.
“Tapi Fatih, sukanya sama elo!”
“Haah!” sontak Tya kaget, dengan ucapan sahabatnya itu.
Hening sesaat. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing.
“Jangan ngaco deh lo!”Tya mulai tertawa, sedikit aneh.
“Ga yo, beneran, tadi dia cerita sama gue.”
“Cerita apa?”
“Ya cerita kalau dia tuh suka sama elo, dari saat OSMARU dulu, waktu itu kan elo sama dia satu kelompok kan?”
Tya mengangguk. Pikirannya menerawang jauh.
“Maap ya La!”
“Ga, kenapa harus minta maaf.”
Tya kemudian memeluk Ayla, sahabatnya itu..
“SANTAI aja Ty, masih banyak cowok lain kok, kayak belum tahu gue aja!”
“Haha, dasar elo!”
Seminggu kemudian, saat Fatih mau benar-benar pulang, dia sms lagi ke Tya untuk bisa menemuinya di stasiun. Tapi Tya kembali menolak dengan alasan sedang sibuk.
Malamnya, Fatih sms
<Tya, harusnya aku ngomong sama kamu secara langsung,tapi kamu susah banget diajakin ketemu. Mungkin aneh kalau aku ngomong ini lewat sms, tapi aku pengen melegakan perasaanku sendiri sebelum meninggalkan kota ini. Aku suka sama kamu, aku mulai suka saat kita sama-sama dalam grup FRESH saat OSMARU dulu.:)>
Tya membaca sms itu, dia tersenyum, dan bingung harus menjawab sms itu gimana...
Akhirnya,
<Hehe, maaf ya, hla aku ga mau jadi syaitan kemarin saat kamu sama Ayla.
Hmm, makasih yaa
Hati-hati di jalan,>
Ya, mulai malam itu, tak ada yang berubah, Tya dan Fatih tetap menjaga hubungan seperti sebelumnya. Tya ingin Fatih tau, dia ga ingin pacaran, dan dia juga belum siap untuk menikah sekarang. Jadi, yang bisa Tya lakukan cuma menjadi teman yang baik untuk Fatih, dan sesekali berharap perasaan Fatih untuknya masih sama dan tak berubah dimakan waktu.
Tya menutup laptopnya, “Ya Allah, aku tahu Engkau lebih tahu yang terbaik untuk hamba, Ya Allah, ampuni kesalahan hamba yang belum bisa menjaga hati hamba dengan baik. Ya Allah, berilah hamba kekuatan untuk meyakini segala yang telah Kau pilihkan adalah yang terbaik. Aminn”
******
“heh, kamu buka-buka apa?” mba Fela melihat ponselnya yang berada dalam genggamanku.
“Hehe, aku mau kepo mbaa.!” sahut Zee
“Dik, aku mau ceritaa.”
“Apa mba? Hayo cerita ajaaa.”
“Emm, gimana ya.”
“Ayolah mbaak.”
“Kamu tahu kan temenku dulu yang sekarang kuliah lagi di Bandung.”
“Iya, temenmu yang misterius itu, tapi lebih terbuka sama kamu?”
“Haha, kok gitu sih.”
“Hla gimana, kalau dari ceritamu gitu sih.”
“Iya deh, yang itu, kemarin kan aku smsan ya sama dia,”
“Gimana-gimana?”
“Ya, rencana selanjutnya ke depan.”
“Kalian mau nikah ya?” cerocos Zee
“Hush! Ngawur! “
mbak Fela kemudian menarik napas dalam
“Kayaknya dia belum ada rencana untuk menikah og dik, dia itu tipe-tipe cowok yang mau ngejar akademis dulu.”
“Walaah, trus kamu gimana mba?”
“Gimana gimana ? Yaudah, sudahlah, Aku udah ngajuin proposal ke murobi ku kok,hehe.” Mba Fela tersenyum nyengir...
“Hmm, iya mbaak, semoga dapat yang terbaik yaa, amiin.”
“Iya dik, aku ga mau terlalu lama mengotori hatiku. Aku kan ga tau aku sama dia berjodoh ga”
“Iya ya mbak, yah, Allah yang lebih tahu yang terbaik buat kita.” Zee tersenyum
“Trus, habis buat proposal gimana?”
“Ya, ga tau, nanti kalau ada yang cocok ya kita dihubung.in. Tapi kita juga ga tau, cocoknya itu setelah diajuin berapa kali, hahaa.” Mba Fela tertawa sendiri.
Zee menatap mba Fela dalam. Ada rasa bangga kepada kakaknya itu, dia telah membuat keputusan besar, aku ga mau terlalu lama mengotori hatiku, kalimat itu terngiang dalam pikiran Zee. Yah, bener juga, ga ada yang tahu siapa jodoh kita, ga ada yang bisa menjamin perasaan orang sama kita, ga ada yang tahu tentang masa depan, ga ada yang bisa menjamin rencana kita terlaksana dengan baik, ga ada, kecuali Allah. Pasrahkan semuanya dan ikhlaslah akan ketetapannya. Bukankah, jodoh, rezeki, kematian sudah diatur. Itu pasti akan datang kepada kita. Yang terpenting, bagaimana kita akan menjemputnya? Dengan jalan dan cara yang dimurkai Allah, atau jalan yang diridhoi-Nya.
Selalu ada pilihan dalam hidup, dan ketika kita harus memilih, pilihlah pilihan yang mendekatkan dirimu kepada-Nya.

kalau ga salah inget, ini tuh gara-gara habis maem sama Itung (gratis, karena ceritanya dia mau bayar hutang :P, thanks a lot yeea ith.. ) di Mom Milk Manahan yang baruu, ngobrol panjang lebar, akhirnya nyangkut satu topik, yakni "j*d*h .. Semoga kelak kita bertemu dengan jodoh masing-masing di waktu yang tepat, dan dengan orang yang InsyaAllah pasti tepat juga, amiin. Sekarang masih waktunya memantaskan diri, semangaat ith,mumumu :*
karena kita tak tahu siapa jodoh kita (jargon SPN) hehee

Tidak ada komentar:

Posting Komentar